Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Aku Ibu dan Piano

Januari 1996 Alunan suara piano menyejukkan hati pendengarnya. Para juri menutup kedua matanya. Senyuman tersungging di bibir mereka. Gerakan jemari sang pianis bergerak dengan serasi dan lembut. Chopin – Etude Op 10 Number 3. 4 menit 21 detik. Dalam waktu 4 menit saja, semua orang di ruangan itu tersentuh hatinya. Satu persatu dari mereka berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah. Para juri tidak bisa berhenti tersenyum. Begitu juga dengan sang pianis. Sang pianis berdiri dan menghadap ke para penonton dan memberikan hormat dengan hati yang sangat puas. “Keren banget!” Teriak Debby “Aku sampe merinding tadi! Itu benar-benar pertunjukkan terbaikmu, Fhina!” Maria meranggkul sahabatnya itu. Fhina tersenyum senang. Kedua tangannya memeluk piala yang baru saja ia dapatkan. “Makasih ya sudah datang tadi.” “Makasih juga tiket gratisnya! By the way congratulation! You won the concert, baby!” Balas Debby. “Iya selamat ya Fhina! Kamu memang patut dibanggakan!” “Makasih! Makasih sem

Lili (Menjadi Diri Sendiri)

Dulu di sebuah desa yang bernama Desa Senyum ada seorang gadis cantik, baik hati, ramah dan sangat bersahabat dengan siapa pun. Dia sangat menyukai bunga, setiap pagi dia selalu menyempatkan diri merawat bunga-bunga cantik yang ia tanam di perkarangan rumahnya. Bermacam-macam bunga ia tanam dan ia rawat setiap hari dengan senang hati. Bunga kesukaannya adalah bunga lili, ya bunga berwarna putih nan cantik yang selalu membuatnya bersemangat setiap harinya. Lili, yaa gadis itu pun mempunyai nama serupa dengan bunga kesukaanya, Lili namanya. Sama seperti bunga itu Lili pun memiliki kecantikan yang serupa, keindahan yang membuatnya banyak disukai oleh para pemuda desa dan amat dibenci oleh para gadis-gadis di desa. Bagaimana tidak, semua pemuda hanya memandang ke satu arah saja yaitu Lili, hanya Lili yang mereka sukai maka Lili pun tak memiliki teman mereka membenci Lili mereka menganggap Lili adalah biang dari semua masalah yang ada. Padahal gadis-gadis lain di desa itu tidak kalah cantik

Kado Terbaik Untukku DariNya

Prolog Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Bismillahirrahmanirrahim Allah Allah Allah Yang Maha Pengasih Yang Maha Penyayang Yang Maha Mengabulkan Lagi Maha Bijaksana Tunjukkan semua kekuasaanmu yang belum kami ketahui ya Allah Kabulkan semua doa kami ya Allah Hanya padamu kami memohon dan hanya padaMu kamu meminta Dan hanya kepadaMu pula kami berserah diri — “Nggak, nggak mungkin itu semua nggak adil” kesal Arin “Iya ini nggak mungkin terjadi, masak mereka yang seenaknya beli kunci bisa lulus dengan nilai yang baik, sedangkan kita…” kata Krish “Apaka ini suatu hal yang buruk buat kita?” kata Ella “Kita tak perlu menyesal dengan semua yang terjadi, mungkin justru ini awal yang baik buat kita” kataku “Apa awal yang baik?, nilaimu anjlok sedangkan mereka yang nggak usaha siang malem, bisa dapet yang lebih baik dari kita, masih kamu bilang itu awal yang baik?” gertak Puput Begitulah reaksi kita berlima setelah nilai UN di umumkan. Aku tertegun dalam keramaian

Kebahagiaan Kita Semua

Di saat bulan puasa ini, Karin, Suci, Andin, Bobby, dan Dika berkumpul di bawah pohon beringin di taman perumahan mereka.. “Bosan sekali di rumah..” Keluh Bobby. “Aku merasa lemas saat ada iklan produk makanan di TV.. Huh..” Ujar Dika. “Janganlah mengeluh Bob, Dik. Kalian harus iklhas menjalankan puasa ini.” Nasehat Karin pada Bobby dan Dika. Suci dan Andin pun mengiyakan apa yang dikatakan Karin tadi. “Kira-kira, kegiatan apa yang menyenangkan di bulan puasa ini ya? Jangan bilang kegiatan bermain yang menguras tenaga itu ya!” Tanya Andin pada teman-temannya tersebut. Mereka semua merenung.. “Nah.. Bagaimana jika kita masak untuk buka puasa bareng?” Usul Suci. “Mmm… Lebih tepatnya lagi, kita memasak makanan untuk para pengemis di jalan!” Ujar Dika membenarkan. “Tumben kamu pintar Dik! Sejak kapan?” Canda Bobby pada Dika. “Sejak aku lahir Bob! Ah, sudahlah..” Ucap Dika dengan sabar. “Betul juga yang dikatakan Dika, besok sore kalian datang ke rumahku ya untuk memasaknya!” Ujar Karin